Senin, 05 Januari 2015

swicing



31, jenis –jenis  Exchange control
Pendahuluan
Exchange control berfungsi untuk mengontrol semua kegiatan termasuk pencatatan pembebanan atau pulsa serta pusat operasi dan pemilerahan.
Pada awal system pengontrolan di lakukan secara terputus, hal ini menyebab kan beban prosesor di sentral menjadi berat dan operasi sentral akan memakan waktu lebih lama dalam  merespon permintaan sambungan atau koneksi antara pemanggil dan yang di panggil.
Oleh karena itu pada sentral-sentral sekarang system pengontrolan dilakukan secara terdistri busi. Adapun klafisikasi atau jenis-jenis exahange control dapat di tentukan berdasarkan teknologi pengendali utamanya (main controller) seperti terlihat pada Gambar 3.1 di bawah.


Beberapa penjelasan dari gambar di atas maka akan teruraikan berdasar kan jenis exchange control sesui perkembangan teknologi yang mendasarinya.


Direc Control /progresiver Control

Gambar 3.2 menunjukan system pengontrolan langsung ( direct control) berdasarkan digit-digit yang di kirim oleh pelanggang pemanggil.

Ciri-ciri direct control

a.       Direct control swicing  network di control oleh pulsa-pulsa nomor dekadit dari terminal.

b.      Pengontrolan swicing  network dilakukan tingkat demi tingkat  (step by step).

c.       Wiret logic controlled

d.      Secara hardware, bagian swict, control dan signaling tidak di pisah di sebut selector.

e.      Switching network elektromekanik.

f.        Ada kaitan antara jumlah digit nomor panggilan dengan kapasitas sentral mnyebabkan jumlah digit di suatu Negara tidak seragam.






Contoh:

Sentral jenis EMD (Gambar 3.3) berkapasitas 10.000 pelanggang (nomor panggilan = 4 digit) maka  ada 4 tingkatan selector.




Cara kerja

Misal A >> B ( nomor B1 B2 B3 B4)

1.       A on hook >> off hook : SLCA mendetekdi status >> cari LF  kalau berhasil maka akan terjadi koneksi A>> SLCA>> LFA

2.       LF kirim dial tone (nada pilih) pada  A,A mendial B1: GS I hunting di gerakan’ oleh B1 mencari GS II, jika berhasil maka akan terjadi koneksi A>> SLCA>>LFA>> intel GS II.



Jika sinyal yang diproses dalam switvhing network masih membutukan converter A/D dan D/A dalam memproses sinyal analog maka diklefisikasikan sebagai SPC anagol demikian pula jika switching  network memproses sinyal di gital maka  jenis SPC tersebut sudah digital.



Pada awal system pengendalian terpusat  yang SPC dengan kata lain bahwa control secara  terprogram . main controller sudah menggunakan system computer seperti diperliatkan pada  Gambar 3.5 di bawah.








Perangkat lunak SPC

Terdapat dua klafisikasi perangkat lunak di dalam exchange controller (ROM), yaitu:

1.       Main software

a.       Untuk pengaturan hubungan komunikasi

b.      Charging/pembebanan

c.       Routing

d.      Pengaturan signaling



2.       Software tanbahan

Untuk pengaturan feature –feature

(missal 3P : Trimitre, call forward = lacak, dll.)



A.      Sistem pengendalian terpusat ( centralized Controlled) prosesor hanya ada di-exchange controller sehingga tugas pengontrolan 100% di lakukan oleh main controller seperti terlihat pada gambar 3.6 di bawah. Pada system ini,biasanya di perlukan tingkat securyti yang bagus ( prosesor yang di gunakan ada dua/ redundan). Oleh karena  itu akan di bahas  beberapa system securyti  yang di harap kan sangat membantu dalam system pengendalian terpusat  ini.






Terdapat 3 bagian penting dalam SPC dengan system control terpusat yaitu:

1.       Scan control

Menyebabkan seluruh saluran dan truk incoming di scan secara regular mencari permintaan call yang baru.



2.       Register control

-          Menerima data dial dari register

-          Menentukan exchang  dan ruting jaringan

-          Melengkapi register dengan data ruting untuk dikirimkan

3.       Switching control

-          Menentukan jalur yang akan di lewatkan ke jaringan

-          Mendeteksi panggilan



Sedangkan dengan sestem security  yang mungkin dapat memberikan factor keamanan yang tertinggi, maka perlu dilihat beberapa karakterristik dari masing-masing sestym tersebut.
















Gambar memperlihatkan system mycroshynchronization dengan ciri utamanya seebagai berikut:

-          Kedua control bekerja secara sinkron

-          Error terdeteksi bila control bekeja tidak sinkron

-          Diperlukan alat error correction

-          Synchronisasi antara kedua control terus bekeja
























Gambar 3.8 memperlihatkan system load sharing dengan ciri utamanya sebagai berikut:

-          Kedua control bekerja bersama-sama

-          Dibutukan dua buah error deteksi utama masing-masing control

-          Masing-masing membagi beban kerja dan saling menginformasikan  malalui intercessor link

-         



















Gambar 3.9 memperlihatkan system sekuryti cold standby dengan ciri utamanya sebagai berikut:

-          Control yang bekerja hanya satu (yang lain standby)

-          Bila terjadi error maka control yang standby  akan bekerja setelah menerima data dari backing store.

-          Di butukan waktu transfer data dari control A ke control B






Gambar 3.10 memperlihatkan system securyti Hot Standby dengan ciri utamanya sebagai:

-          Kedua control bekerja tetapi 1 kontrol dalam status standby

-          Bila terjadi error maka control yang standby langsung bekerja

-          Interprocessor link sangat kompleks







B.      Dalam sitem pangendalian terdistribusi , tugas pengontrolan tidak 100% dilakukan oleh main controller, setiap  bagian setral merupakan system computer (+ sebagai tugas control), sehingga beban main controller jadi ringan,  oleh karena itu akan dilihat satu contoh sentral yang sudah menggunakan system pengendalian tersebuat, yaitu sentral EWSD.



Sentral EWSD ( Siemen)

Sentral EWSD seperti yang di perliatkan pada gambar 3.11 banyak di gunakan di Indonesia , bahkan sebagai sentral STDI yang pertama, atau  STDI-1, secara umum sentral ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

·         Pada setral EWSD , masing –masing bagian mempunyai prossesor yang mengatur / mengontrol dari fungsi masing –masing bagian.

·         Tiap bagian  sentral terdiri dari modul-modul yang melaksanakan fungsi-fungsi dari bagian sentral tersebut.

·         Tiap-tiap modul tersebut juga mempunyai  prosesor atau system kantrol masing-masing, sehingga system pengontrolan /prosesor terdistri busi sampai dengan modul-modulnya.

·         Tugas CP yang sesunggunya hanya saat komunikasi telah berlangsung.














Contoh  bagian dan prosesornya,

LTG (Line trunk group)           dengan GP (Grunp prosesor)

SN (Switching network)        dengan SGC (Switching group controller)

CP (coordination prosesor)  dengan ssp (siemen switching prosesor)



Penanganan pensinyalan dalam sentral SPC digital:

Ø  Bentuk saluran dan pensinyalan yang di tangani dalam satu sentral berbeda satu dengan yang lainnya, sebagai contoh sentral trunk tidak mempunyai terminasi saluran pelanggan.

Ø  Penganangan pensinyalan di setral meliputi peruten dari pensinyalan antar saluran transmsi dan penerima pensinyalan yang di butukan.

Ø  Pensinyalan sentral telepon seperti terlihat pada gambar 3.12, meliputi pensinyalan antar sentral, antar sentral dan pelanggang ,juga pengangkutan informasi status panggilan ke pelanggang  menggunakan tone dan rekaman announcement.




































 1.          Perutean sinyal-sinyal dalam sentral digital

Ø  Perutean pensinyalan  pada sentral SPC digital seperti ganbar 3.13, baik line signaling (address signaling) di bedakan pada telepon dial/decadic atau telepon DTMF

·         Line/supervisory signaling berkaitan dengan atatus dari sirkit (seize, answer, clear down, dsb.)

·         Selection/address signaling  berkaitan dengan nomor telepon/ informasi yang di berikan telepon

Ø  Pada telepon decadic

·         Baik line maupun selection signelling artinya loop disconnection

·         Sinyal-sinyal tersebut di-extract dari saluran pelanggang selanjudnya diterima SLTU dan dikumpulkan di SLTU controller selanjudnya diproses oleh  exchange system

Ø  Pada telepon  DTMF

·         Line signaling sebagai loop disconnection dan selection/address signaling sebagai tone- tone MF

·         Line signaling  akan diektrak di SLTU selanjudnya akan dprosesor oleh exchange control

·         Akses ke penerima MF biasanya melewati subscriber controller switch  block sehingga MF hanya di  butukan pada fase pensetup –an pangilan saja

Ø  Fungsi concentrator switch block untuk call originating untuk telepon MF:

·         Menentukan penerima MF bebas  setelah dideteksi oleh SLTU, dari sinyal off-hook pelanggang,

·         Menentukan speech-path connection ke pelanggang yang di panggil setelah digit-digit yang diterima dianalisis, melalui konsetrator pelanggang dari SLTU.


















Ø  Untuk sentral  ISDN line termination di bedakan :BRA (bekerja pada rate 144 kbps) dan PRA (bekerja pada rate 2.048 kbps), penanganan pensinyalan menggunakan common channel signaling .

Ø  Pensinyalan PRA dilakukan dengan melewatkan ke suatu subscriber signallling kondentrator yaitu hanya di lewatkan pada ts 16 sehingga perlu dilakukan multiplexing atau statical urutan kedatangan.




Ø  Subscriber concentrator switch block menterminasi bus 2 MBps dari beberapa multilekser , masing-masing melayani 15 D/SLTU atau 3o A/SLTU seperti pada bambar 3,14 di atas.

Ø  Switch bloch selanjudnya menggunakan multiplekser pada tahap kedua untuk menghubungkan D/SLTU dan signaling receiver/ sender.

Ø  Multiplexing yang di gunakan sifatnya semipermanen artinya hubungan multiplexing dilakukan secara tetap untuk masing -masing   timeslop 16 pada jangka waktu tertentu sehingga lookup timeslot connection dipastikan tidak didasarkan pada kedatangan panggilan.

Ø  Bila terjadi kesalahan /failure di switch block maka exchange control harus menetapkan hubungan semi permanen yang suda dibentuk seperti ganbar 3.15 di bawah, karena komunikasi normal tidak akan dapat dilakukan bila pensinyalan belum di lengkapai.






















2.          Pensinyalan antar sentral

Pensinyalan antar sentral dapat di bedakan dengan dua terminasi, jika terminasi analog maka ATTU yang akan menyediakan timeslot dan selanjudnya menggunakan serta pengaktifan cas dan MF sehingga pengeriman dan penerimaan signaling –nya berlangsung dengan baik. Demikian pula jika terminasinya digital maka DLTU akan mengalokasikan timeslot-nya khusus untuk menggunakan CCS hanya pada terminasi DLTU yang suda menggunakan CCS pula.



Penjelasan gambar 3.16 dapat di ringkas seperti berikut:

Ø  Untuk 8 sistem pensinyalan diproses dengan 3 bentuk penerima/pemancar : CAS,MF dan CCS

Ø  MF merupakan dua tone simultan dari kombinasi 6 tone yang  berupa digit-digit addres’ 1 VF’ sebagai frekuensi tunggal atau pulsa-pulsa break (inter digit time) juga line  information, LD adalah loop disconnect sebagai decadic pulse. Break (inter digit time) juga line information.LD adalah  loop disconnect sebagai decadic pulse.

Ø  LD,DC dan MF pensinyalannya menggunakan CAS, sedangkan penanganan MF sebagai MF sender/ receiver,




3.       Tone dan perekaman announcement

Ø  Call progress tones, seperti pada gambar 3.17 dapat di jelaskan seperti berikut:

·               Ada dua cara untuk menginjeksian call progress tone ke digital speech path:

1.       Membangkitkan tone secara kontinyu dalam bentuk analog sesuda itu baru di lakukan ke A/D converter

2.       Membangkitkan secara kontinyu yang di presentasikan dalam bentuk digital.







     Peralatan pembangkit tone:

1.       Subscriber concentor switch block merupakan tahap awal call setup

2.       Group switch block harus merespon terhadap pelanggang yang dipanggil pada call setup















Ø  Pembangkitan call progress tone, seperti gambar 3.18 ringkasnya adalah:

·            Subsystem tone sentral digital terdiri sekumpulan tone generator, selector dan control unit yang berbasis mikroprosesor.






3.3   Design dan arsitektur Spc Digital

                  Arsitektur SPC sentral digital , seperti pada gambar 3.19 dan gambar 3.20

                  Dapat di laksanakan sebagai berikut:

Ø  Pengontrolan dilaksanakan di bawah kendali SPC secar keseluruhan dan pengontrolan suda didelegasikan ke sebagian sub-sistem.






Ø  Switching arsitektur



1.       Sentral di bagi dalam sejumlah unit pelanggang yang sama dan satu unut terdiri dari group switch block dan common signaling/record announcement subsystem. Contoh : system x, EWSD, NEAX-61,AXE10, DMS100,E10B

2.       Sentral dikoposisikan pada sejumlah self-continned di tangani oleh group switch block, contoh pada senral 5 ESS.

3.       Centralized switching arsitektur seperti pada gambar 3.20 berikut.




















o   Remote Subscriber Switching Unit (RSSU)

·   Pada gambar 3.21 dan gambar 3.22 RSSU dihubungkan pada sentral local induk yang dilokasikan secara terpusat untuk pengontrolan dan fungsi ruting.

·   Biasanya kapasitasnya kecil antara 400-1500 saluran pelanggan. 





Lokasi CODEC dan BORSCHT seperti pada gambar 2.23 dan gambar 2.24 untuk setiap sentral, apakah sentral local, RSSU atau SDE pada prinsipnya tentu sama termasuk fungsinya.

Perlu diketahui bahwa pada sentral remote EWSD dikenal Small Digital Local Exchange (SDE), yang secara prinsip sama dengan RSSU pada sentral 5ESS diatas, akan tetapi beberapa hal khusus meliputi :

·         Sentral didesain untuk beroperasi dengan kapasitas yang kecil (<1000 saluran )

·         Switch blok, signaling equipment control system biasanya ditangani oleh satu modul sub system berbasis mikroprosesor.

·         SDE biasanya didesain untuk pelayanan telepon dasar yang sederhana dalam suatu daerah rural yang memungkinkan.

·         Switch blok biasanya didesain sangat murah misalkan hanya satu T (Time Switch) dan control switch yang minimum.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar